BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tasawuf
merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak
mulia. Melalui studi tasawuf seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara
melakukan pembersihan hati dan serta pengamalannya secara benar. Pada masa
rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah
sebutan sahabat nabi.Tasawuf secara berangsur-angsur mulai menyebar sampai ke
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Perkembangan Tasawuf di Indonesia
Dari
segi Linguistik dapat dipahami bahwa tasawuf merupakan sikap mental yang selalu
memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk
kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.[1] Sikap
mental yang seperti ini hakikatnya pada akhlak yang mulia karena hanya dapat
dipandang dengan mengaplikasikannya dalam kebijakan mengambil. Tasawuf juga
berperan dalam membersiahkan hati sanubari. Karean tasawuf banyak berurusan
dengan dimensi esoterik (batin).
Tasawuf
mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan
tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang
ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang
dibawah oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina
kemudian berkembang.
Hawash
Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peran para sufi dalam
menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara. Ia menyebutkan Syekh Abdullah Arif
yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar abad ke-12 M. Dengan
beberapa mubalig lainya. Menurut Hawash Abdullah kontribusi para sufilah yang
sangat memperngaruhi tumbuh pesatnya perkembangan Islam di Indonesia.[2]
Perlu
kita ketahui bahwa sebelum Islam datang, dianut, berkembang dan saat ini
mendominasi (mayoritas) bahwa telah berkembang berbagai faham tentang konsep
Tuhan seperti Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme. Para mubalig
menyebarkan Islam dengan pendekatan tasawuf. M. Sholihin menerangkan bahwa
hamper semua daerah yang pertama memeluk Islam bersedia menukar kepercayaannya.[3]
Karena tertarik pada ajaran tasawuf yang di ajarkan para mubalig pada saat itu.
Dalam
perkembangan tasawuf di Nusantara menurut Azyumadi Azra, tasawuf yang pertama
kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak falsafi, yakni
tasawuf yang sangat filosofis dan cendrung spekulatif seperti al-Ittihad (Abu
Yazid Al-Bustami), Hulul (Al-Hallaj), dan Wahda al Wujud (Ibn Arabi). Dominasi
tasawuf filsafi terlihat jelas pada kasus Syekh Siti jenar yang dihukum mati
oleh Wali Songo karena dipandang menganut paham tasawuf yang sesat.[4]
Kemudian
pada abad ke-16 kitab-kitab klasik mulai ada dan dipelajari kemudian
diterjemahkan dalam bahasa melayu seperti kitab Ihya’ Ulumuddin karya
Al-Ghazali. Kemudian muncullah beberapa tokoh tasawuf asli Indonesia seperti
Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdul Rauf Singkili, Abdul Somad
Al-Palembani, Syekh yusuf Al-Makassari.
B. Tokoh
tasawuf dan karyanya
1. Hamzah
Fansuri (w. 1016 H/ 1607 M)
Hamzah
Fansuri diakui sebagai seorang pujangga Islam yang sangat populer sezamannya
dan namanya masih menghiasi sejarah kesusastraan melayu. Ia juga adalah ulama
dan sufi yang pertama kali menghasilkan karya tulis tasawuf dan ilmu-ilmu dalam
bahasa melayu yang sangat bagus dan kemudian menjadi bahasa pemersatu bangsa
Indonesia. Tempat Hamzah Fansuri belum diketahui sampai sekarang, kata
“Fansuri” pada namanya diambil dari nama sebuah daerah di bagian pantai barat
Sumatra Utara yang terletak di antara Sibolga dan Singkel yang orang Arab
dikenal dengan kata Fansur.
a) Karya-karya
Hamzah Fansuri
Karya-karyanya
dalam bentuk syair dan prosa terkumpul dalam beberapa buku yang terkenal
seperti Syair Burung Pingai, Syair Dagang, Syair Pungguk, Syair Sidang Faqir,
Syair Ikan Tongkol, dan Syair Perahu. Karyanya dalam kajian ilmiah
seperti Asarar Al-Arifin fi Bayan Ilm As-Suluk wa at-Tauhid, Syarb
Al-Asyiqin Al-Muhtadi, Ruba’i Hamzah Al-Fansuri.[5]
b) Ajaran
Tasawuf Hamzah Fansuri
Pola
pikir Hamzah Fansuri banyak dipengaruhi oleh Ibn Arabi dalam paham wahdat
wujudnya, antara lain: Allah adalah zat yang mutlak dan qadim karena
Dia (Allah) sebagai pencipta, dan bahwa Allah itu bersifat Imanen juga tidak
bertempat, Hakikat wujud, wujud itu hanya kelihatan banyak tetapi
hakikatnya hanyalah satu, semua benda yang ada sebenarnya gambaran dari wujud
yang hakiki,Manusia, manusia merupakan tingkat terakhir dari penjelmaan,
tingkat yang paling penting, penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Manusia
adalah pancaran langsung dari Dzat yang mutlak. Kemudian menurut Hamzah Fansuri
adanya kesatuan antara manusia dan Allah.
2. Syekh
Abdul Rauf As-Sinkili (1024-1105)
Abdul
Rauf As-Sinkili adalah seorang ulama dan mufti besar dari Kerajaan Aceh pada
abad ke-17. Nama lengkapnya Syekh abdul Rauf bin Ali Fansuri.
a) Karya-karya
Syekh Abdul Rauf As-Sinkili
Karya-karyanya
di antaranya :
1) Mir’at
At-Thullab (fiqh Syafi’I bidang mu’amalat)
2) Hidayat
Al-Balighah (fiqh tentang sumpah, kesaksian, peradilan, dan pembuktian
3) Umdat
Al-Muhtajin (tasawuf)
4) Syams
Al-Ma’rifah (tasawuf tentang ma’rifat)
5) Hikayat
Al-Muhtajin (tasawuf)
6) Daqa’iq
Al-Huruf (tasawuf)
7) Turjuman
Al-Mustafidh (tafsir)
b) Ajaran
Tasawufnya
Kesesatan
ajaran tasawuf wujudiyyah, sama dengan Nuruddin al-Raniri, yang di anggap sesat
dan penganutnya dianggap murtad, akan tetapi berbeda halnya dalam menanggapinya
As-sinkili menyikapinya dengan lebih bijaksana. Rekonsiliasi antara
tasawuf dan syari’at, Dzikir dapat memperoleh fana’ (wujud Allah),
Martabat Wujud Tuhan. Menurutnya, ada tiga martabat perwujudan Tuhan.
Yaitu Ahadiyyah, Wahdah atau Ta’ayyun
Awwal dan Wahdiyyah atau Ta’ayyun Tsani
3. Abdul
Somad Al-Palimbani (w. 1203 H/ 1788 M)
Abdul
Somad Al-Palimbani adalah Seorang ulama sufi yang lahir di palembang pada abad
ke-18 putra Abd jalil bin Syekh Abdul Wahab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani dari
Yaman.
a) Karya-karya
Abdul Somad Al-Palimbani
Mengenai
karya-karyanya antara lain:
1) Hidayat
As-Salikin
2) Sair
As-Salikin
3) Zahrat
Al-Mufid fi Bayan Kalimat At-Tauhid
4) Tuhfat
Al-Raghibin fi bayan Haqiqat Iman Al-Mu’minin
5) Nashihat
Al-Muslimin wa Tadzkirat Al-Mu’minin fi Fadha’il Al-Jihad fi Sabilillah,
6) Al-Urwat
Al-Wutsqa wa Silsilat Uli Al-Ittiqa
7) Ratib
Abd Samad Al-Palembani
8) Zad
Al-Muttaqin fi Tauhid Rabb Al-Alamin
b) Ajaran
Tasawuf al-Palimbani
Tentang
nafsu. Menurut al-palimbani ajaran tentang nafsu dari al-Ghazali masih kurang,
ia menambahkan tingkatan menjadi tujuh (amarah, lawwamam, mulhammah,
muthma’innah, radhiyah, mardiyah, dan kamilah). Tentang Martabat Tujuh.
Menurutnya ada tujuh, yaitu: Ahadiyyatul Ahadiyah, al-Wahidah, al-Wahidiyyah,
Alam Arwah, Alam Mitsal, Alam al-Ajsam dan Alam al-Jami’ah. Tentang Syari’at,
ia percaya bahwa Tuhan hanya dapat didekati melalui keyakinan yang benar pada
Keesahan Tuhan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran-ajaran syari’at. Tentang
Ma’rifat, menurutnya mencapai ma’rifat tertinggi tidak hanya bias memandang
Allah secara langsung melalui mata hati akan tetapi juga harus terlibat aktif
dalam arus kehidupan dunia.
4. Syekh
Yusuf Al-makassari (1037-1111 H/ 1627-1699)
Seorang
tokoh sufi agung yang berasal dari sulawesi. Ia di lahirkan
pada tangga 8 syawal 1036 H. atau bersamaan dengan 3 juli 1629 M. dalam salah
satu karyanya , ia menulis ujung nama nya denga bahasa arab ‘ Al Makasari
’.naluri fitrah pribadi syekh yusuf sejak kecil telah menampakkan diri
cinta akan pengetahuan. dalam tempo yang relatif singkat, ia tamat
mempelajari Al Quran 30 juz. Termasuk juga penghafal, ia
pempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, seperti ilmu nahwu, ilmu
sharaf, ilmu bayan, maani, badi, balaghah, dan manthiq. Ia pun belajal pula
ilmu fiqih,ilmu usuluddin dan ilmu tasawuf. Ilmu yang terakhir ini
tampak nya lebih serasi pada diri nya
Pada
masa syekh yusuf, mamang hampir setiap orang lebih menggemari ilmu tasawuf
orang yang hidup di zaman itu lebih mementingkan mental dan materiel.
Syekh
yusuf perna melakukan perjalanan ke yaman. Di yaman, ia menerima tarekat
dari syekhnya yang terkenal yaitu syekh Abdullah Muhammad bagi billah.
a) Ajaran
tasawuf syekh yusuf Al-Makasari
Syariat
dan hakekat. Syekh yusuf mengungkapkn paradigm sufistiknya bertolak
dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek: aspek lahir (syariat)
dan aspek batin (hakikat). Syariat dan hakikat harus di pandang dan di amalkan
sebagai suatu kesatuan.
Trasendensi
Tuhan. Meskipun berpegang teguh pada transendensi tuhan, ia meyakini
bahwa tuhan melingkupi segala sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu
itu, syekh yusuf mengembangkan istilah al-ihathah (peliputan) dan
al-ma’iyyah (kesertaan) kedua istilah itu menjelaskan bahwa tuhan turun
(tanazul), sementara manusia naik (taroqi), dari proses ini akan saling
mendekatkan antara manusia dengan Tuhan.
Insan
Kamil dan proses penyucian jiwa . Menurutnya manusia tetap manusia walaupun
derajatnya naik, begitu pula dengan Tuhan tetap Tuhan meskipun Tuhan turun
kepada hambanya. Penyucian jiwa, menurutnya kehidupan duniawi tidak harus
ditinggalkan dan hawa nafsu bukan untuk dimatikan akan tetapi diarahkan menuju
Tuhan. Dengan melalui tiga cara yaitu: Akhyar (orang-orang
terbaik), Mujahadat asy-syaqa’ (orang-orang yang berjuang melawan
kesulitan) dan Ahl adz-dzikr.
BAB
III
KESIMPULAN
Tasawuf
mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan
tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang
ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang
dibawah oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina
kemudian berkembang.
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang
besarnya peran para sufi dalam menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara. Ia
menyebutkan Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh
sekitar abad ke-12 M. Dengan beberapa mubalig lainya. Menurut Hawash Abdullah
kontribusi para sufilah yang sangat memperngaruhi tumbuh pesatnya perkembangan
Islam di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2010.
Akhlak Tasawuf, Rajawali : Press,Jakarta
Azra,
Azyumadi. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII. Bandung : Mizan.
Abdullah,
Hawash. 1930. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di
Nusantara. Surabaya : Al-Ikhlas.
Sholihin,
Anwar, Rosihon. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.
[1]Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Rajawali
Press,: Jakarta, 2010). hlm. 179
[2]Hawash
Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara,
(Al-Ikhlas : Surabaya, 1930). hlm.10
[3] M. Sholihin dan
Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia : Bandung, 2008). hlm.141
[4] Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah
dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Mizan : Bandung, 1995). hlm
35
0 komentar:
Posting Komentar