BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Objek kajian
linguistik tidak lain adalah bahasa, yakni bahasa manusia yang berfungsi
sebagai sistem komunikasi yang menggunakan ujaran sebagai medianya; bahasa
keseharian manusia; bahasa yang dipakai sehari-hari oleh manusia sebagai
anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan ordinary
language atau natural language.
Ini berarti bahasa lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik,
sedangkan bahasa tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik,
karena bahasa tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT BAHASA
Ciri
atau sifat yang hakiki dari bahasa antara lain :
1. BAHASA
SEBAGAI SISTEM
Kata sistem sudah biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan makna ‘cara’ atau ‘aturan’,
seperti dalam kalimat “kalau tahu sistemnya tentu mudah mengerjakannya ”. Tetapi
dalam kaitan keilmuan, sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh
sejumlah unsur atau komponen yang satu dengan yang lainnya berhubungan secara
fungsional.[1]
Untuk mendapat pengertian yang lebih baik, kita ambil contoh yang konkret, yaitu
sebuah sepeda atau kereta angin. Sebuah sepeda disebut sebagai sepeda yang
berfungsi adalah kalau unsur-unsurnya atau komponen-komponennya (seperti roda,
sadel, kemudi, rantai, rem, lampu, dan sebagainya) tersusun sesuai pola atau
pada tempatnya. Kalau komponen-komponennya tidak terletak pada tempat yang
seharusnya, meskipun secara keseluruhan tampaknya utuh, maka sepeda itu tidak
dapat berfungsi sebagai sebuah sepeda, karena susunannya itu tidak membentuk
sebuah sistem. Barang tersebut barangkali lebih tepat disebut sebagai tumpukan
suku cadang sepeda.
Sistem bahasa pun begitu juga. Bahasa terdiri dari unsur-unsur
atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan
membentuk suatu kesatuan. Kalau kita perhatikan dua deretan kata-kata berikut
1) Kucing
itu melompat ke meja
2) Kucing
melompat itu meja ke [2]
Kita
secara intuisi, sebagai penutur bahasa Indonesia, akan tahu bahwa deretan nomor
1 adalah sebuah kalimat bahasa Indonesia karena tersusun dengan benar menurut
pola aturan kaidah bahasa Indonesia. Sebaliknya, deretan nomor 2 bukan kalimat
bahasa Indonesia karena tidak tersusun dengan benar menurut pola aturan atau sistem
bahasa Indonesia.
2. BAHASA
SEBAGAI LAMBANG
Kata lambang sudah
sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Umpamanya dalam membicarakan
bendera kita Sang Merah Putih sering dikatakan warna merah adalah lambang
keberanian dan warna putih adalah lambang kesucian.
Dalam kehidupannya, manusia memang selalu menggunakan
lambang atau symbol. OLeh karena itulah, Earn Casirer, seorang sarjana
filosof mengatakan bahwa manusia mahluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak terlepas
dari symbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa.
Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah symbol atau lambang. Kalau ide
atau konsep untuk menyatakan adanya kematian dilambangkan bendera kuning (jadi,
dalam bentuk benda), maka, lambang-lambang bahasa diwujudkan dalam bentuk
bunyi, yang berupa satuan-satuan bahasa, seperti kata atau gabungan kata.
Mengapa kata, sebagai satuan bahasa itu , disebut lambang, dan bukannya tanda?
Karena lambang bersifat arbitrer. Lambang bahasa yang berwujud bunyi (kuda)
dengan rujukannya yaitu binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, tidak ada
hubungannya sama sekali, tidak ada ciri alamiahnya sedikitpun. Mengapa lambang
kematian bukannya berwarna merah, kuning, atau merah jambu? Alasannya adalah karena
lambang bersifat arbitrer.
3. BAHASA
ADALAH BUNYI
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan
dengan kata suara, sudah biasa kita
dengar dalam kehidupan sehari-hari.[3]
Secara teknis, menurut Kridalaksana bunyi adalah kesan pada pusat syaraf
sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena
perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber dari gesekan
atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang atau manusia.[4]
Lalu, yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa
adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang
bukan dihasilkan dari alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa. Tetapi juga
tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
Bunyi teriak, bersin, batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa,
meskipun dihasilkan dari alat ucap manusia karena semuanya itu tidak termasuk
ke dalam system bunyi bahasa.
4. BAHASA
ITU BERMAKNA
Dalam studi semantik
ada teori makna yang mengatakan bahwa
makna itu sama dengan bendanya, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
makna itu adalah konsepnya, sebab tidak semua lambang bahasa yang berwujud
bunyi itu mempunyai hubungan dengan benda-benda konkret di alam nyata.
Lambang-lambang bunyi (kuda) dan (rumah), punya benda konkret di alam nyata;
tetapi lambang bunyi (agama) dan (adil) tidak punya benda konkret di alam nyata
ini. Lebih umum dikatakan lambang bunyi tersebut tidak punya referen, tidak
punya rujukan.
Karena bahasa itu
bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan
bahasa. Contoh : (urglotus), (dutrj). Jadi, sekali lagi bentuk-bentuk bunyi
yang tidak bermakna dalam bahasa apapun, bukanlah bahasa, sebab fungsi bahasa
adalah menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran.
5. BAHASA
ITU ARBITRER
Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang,
berubah-ubah, mana suka. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak
adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan
konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya, antara
(kuda) dengan yang dilambangkannya, yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut
dilambangkan dengan bunyi (kuda), mengapa, misalnya, bukan (aduk) atau (akud)
atau lambang lainnya. Hal ini tak bisa dijelaskan karena bahasa bersifat
arbitrer.
6. BAHASA
ITU KONVENSIONAL
Meskipun hubungan
antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan
lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya,
semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu
itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Kalau, misalnya, binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai, yang secara arbitrer dilambangkan dengan
bunyi (kuda), anggota masyarakat bahasa Indonesia, semuanya, harus mematuhinya.
Kalau tidak dipatuhinya, dan menggantikannya dengan lambang lain, maka
komunikasi akan terhambat antara si pembicara dengan yang diajak bicara.[5]
7. BAHASA
ITU PRODUKTIF
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari produksi. Arti produktif adalah ‘banyak
hasilnya’ atau lebih tepat ‘terus-menerus menghasilkan’. Lalu, kalau bahasa itu
dikatakan produktif, maka maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,
tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif,
sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Umpamanya, kalau kita ambil
fonem-fonem bahasa Indonesia /a/, /i/, /k/, dan /t/; maka dari keempat fonem
itu dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa
a) /i/,
/k/, /a/, /t/
/k/, /i/, /a/, /t/
/k/, /a/, /i/, /t/
/k/, /a/, /t/, /i/
Yang secara aktual kini
kita dapat ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Juga bentuk-bentuk yang mungkin
bisa dibuat seperti:
b) /t/,
/i/, /k/, /a/
/t/, /a/, /k/, /i/
/a/, /t/, /i/, /k/
/i/, /t/, /a/, /k/ [6]
Sedangkan bentuk-bentuk
seperti:
c) /k/,
/t/, /i/, /a/
/k/, /t/, /a/, /i/
/t/, /k/, /a/, /i/
/t/, /k/, /i/, /a/
Tidak mungkin, sebab
dalam sistem fonologi bahasa Indonesia tidak ada urutan konsonan /k/, /t/ dan
urutan /t/, /k/.[7]
8. BAHASA
ITU UNIK
Unik artinya mempunyai
ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh orang lain. Lalu, kalau bahasa
dikatakan bersifat unik, maka artinya, setiap bahasa mempunyai ciri khas
sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya.
9. BAHASA
ITU UNIVERSAL
Selain bersifat unik,
yakni mempunyai sifat atau ciri masing-masing, bahasa itu juga bersifat
universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa
yang ada di dunia ini.[8]
Ciri-ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum,
yang bisa dikaitkan dengan cirri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Karena bahasa itu
berupa ujaran, maka ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa
bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri vokal dan konsonan. Tetapi,
berapa banyak vokal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap bahasa, bukanlah
persoalan keuniversalan.
10. BAHASA
ITU DINAMIS
Bahasa adalah satu satunya
milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia
sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai mahluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah
dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa.
Karena keterikatan dan
keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya dalam
masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu
juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis. Karena
itulah, bahasa itu disebut dinamis.
Perubahan dalam bahasa
ini dapat juga bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan, melainkan
berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang, meninggalkan
bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasanya, lalu menggunakan bahasa lain.
11. BAHASA
ITU BERVARIASI
Setiap bahasa digunakan
sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Siapakah yang
menjadi atau termasuk dalam bahasa. Siapakah yang menjadi atau termasuk dalam
satu masyarakat bahasa? Yang termasuk dalam masyarakat bahasa adalah mereka
yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa
Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa
Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat bahasa Madura adalah mereka yang
merasa memiliki dan menggunakan bahasa Madura. Dengan demikian, banyak orang
Indonesia yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena di samping
dia sebagai orang Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa
daerahnya.
Mengenai variasi bahasa
ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam.
Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap
orang tentu mempunyai khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca
karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana,
maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu. Dialek
adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu.[9]
Dialek yang berdasarkan tempat itu lazim
disebut dialek areal/regional/geografi, sedangkan dialek yang berdasarkan pada
kurun waktu tertentu disebut dialek temporal/kronolek. Sedangkan dialek yang
berdasarkan pada sekelompok anggota masyarakat status sosial tertentu dialek
sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa
adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk
keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut
ragam baku, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam bahasa yang disebut
ragam yang tidak baku.
12. BAHASA
ITU MANUSIAWI
Sebetulnya yang membuat
alat komunikasi manusia, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat
di pakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi
binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis, tidak dapat dipakai untuk
menyatakan sesuatu yang baru.
B. FAKTOR LUAR BAHASA
Yang
dimaksud dengan faktor luar bahasa adalah segala hal yang berkaitan dengan
kegiatan manusia di dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tidak
menggunakan bahasa
1. Masyarakat
Bahasa
Kata masyarakat
biasanya diartikan sebagai, sekelompok orang (dalam jumlah yang banyaknya
relatif), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau
yang mempunyai kepentingan sosial yang sama. Sedangkan masyarakat bahasa
memiliki pengertian sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama.
2. Variasi
dan status social Bahasa.
Dalam beberapa
masyarakat tertentu ada semacam kesepakatn untuk membedakan adanya dua macam
variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang pertama
adalah variasi bahasa Tinggi (biasa disingkat variasi bahasa T), dan yang lain
variasi bahasa rendah (biasa disingkat variasi bahasa R). Variasi T biasa digunakan dalam situasi resmi, seperti
pidato kenegaraan, khotbah, dan buku pelajaran. Sedangkan variasi bahasa R
digunakan dalam situasi yang tidak resmi. Keadaan ini, adanya pembedaan variasi
bahasa T dan R disebut dengan istilah disglosia
(ferguson 1964). Masyarakat yang mengadakan pembedaan ini disebut
masyarakat disglosis. Contohnya, uang dengan duit, istri dengan bini, tidak
dengan kagak, dan sebagainya.[10]
3. Penggunaan
Bahasa
Umpamanya
dalam bahasa Indonesia ada disebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa
Indonesia adalah kamu. Kenyataannya, secara sosial kata ganti itu tidak dapat
dipakai untuk menyapa orang kedua yang lebih tua atau lebih dihormati. Kata
ganti kamu hanya dapat digunakan untuk orang kedua yang sebaya, lebih muda,
atau kedudukan sosialnya lebih rendah. Hymes seorang pakar sosiolinguistik
mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan
unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni.
a.
Setting and science,
yaitu unsur yang berkaitan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.
b.
Participants,
yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan.
c.
Ends,
yaitu maksud dan hasil percakapan.
d.
Act sequences,
yaitu hal yang menunjukan pada bentuk dan isi percakapan.
e.
Key,
yang menunjukan pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.
f.
Instrumentalities,
yaitu yang menunjukan pada jalurapakah secara lisan atau bukan.
g.
Norms,
yaitu yang menunjukan pada norma perilaku peserta percakapan.
h.
Genres,
yaitu yang menunjukan pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan
4.
Kontak bahasa
Dalam
masyarakat yang terbuka artinya, para anggotanya dapat menerima kedatangan
anggota dari masyarakat lain. Dengan inilah akan terjadinya kontak bahasa. Yang
nantinya akan terciptanya bilingual(penguasaan yang sama baiknya oleh seseorang
terhadap dua bahasa).
5. Bahasa
dan budaya
Edward Sapire dan Benjamin
Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis sapire-Whorf) mengatakan bahwa
bahasa mempengaruhi kebudayaan atau bahasa itu mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak anggota masyarakat penuturnya.[11]
- KARAKTERISTIK BAHASA
Charles F.
Hockett sebagaimana dikutip oleh Orstein dan Gage (1970) dalam bukunya yang
berjudul “The ABC’s of Languages and Linguistics” menyebutkan empat karakteristik bahasa, yaitu:
tidak dibatasi tempat dan waktu, produktivitas, berpola ganda, dan transmisi
budaya, sedangkan Yale (1985) mengemukakan enam karakteristik unik bahasa
manusia, yaitu: tidak dibatasi tempat dan waktu, produktivitas, berpola ganda,
kesemenaan, keterpenggalan, dan transmisi budaya. Untuk lebih rincinya, akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Tidak
Dibatasi Tempat dan Waktu (Displacement)
Bahasa pada
manusia tidak hanya untuk kepentingan mengkomunikasikan apa-apa yang dialami
pemakai bahasa dan yang terjadi pada saat sekarang atau berbagai peristiwa yang
terjadi di sekitar pemakai bahasa, tetapi dapat juga dipergunakan untuk
mengkomunikasikan berbagai peristiwa yang dialami orang lain, peristiwa yang
terjadi di masa lalu, bahkan berbagai peristiwa yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang berupa mimpi, imajinasi, khayalan, lamunan, dan fakta
lain yang mungkin atau mustahil terjadi. Bahasa pada manusia tidak dibatasi
oleh tempat dan waktu.
2. Produktivitas
(Productiveness)
Bahasa
merupakan suatu sistem yang bersifat produktif. Amanat-amanat linguistik yang
baru dapat dihasilkan dengan bebas dan gampang. Hal ini lebih disebabkan setiap
orang, anak-anak, atau dewasa, memilki sifat aktif dalam membentuk dan
menghasilkan bentuk-bentuk bahasa yang baru yang belum pernah didengar
sebelumnya. Adanya objek-objek atau situasi-situasi baru yang harus
dideskripsikan, membuat para pemakai bahasa mengolah berbagai sumber linguistik
mereka untuk menghasilkan ungkapan-ungkapan, istilah-istilah, kata-kata, atau
kalimat-kaliamat baru yang sebelumnya tidak ada.
Aspek produktivitas
dalam bahasa manusia memberi kemungkinan luar biasa pada manusia untuk
mengkreasi dan memahami apa yang belum pernah diucap dan didengar sebelumnya.
3. Berpola
Ganda (Duality)
Bahasa
terorganisasi dalam dua tingkat atau lapisan secara simultan. Karakteristik ini
disebut berpola ganda atau artikulasi ganda.
Kegandaan
tersebut merupakan satu karakteristik bahasa manusia paling ekonomis, sebab manusia
mampu menghasilkan paduan bunyi yang tak terbatas, sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
4. Kesemenaan (Arbitrariness)
Bahasa
memiliki sifat manasuka, yaitu bahwa antara bentuk linguistik dan
maknanya tidak memiliki hubungan yang ‘alami’. Berbeda dengan isyarat
komunikasi pada kebanyakan binatang, tampaknya terdapat hubungan yang jelas
antara pesan yang disampaikan dan isyarat (tanda) yang digunakannya.
Ketaksemenaan isyarat komunikasi pada binatang mungkin berhubungan dengan
bentuk isyarat pada binatang yang bersifat terbatas, statis, dan bersifat
instingtif.
5. Keterpenggalan
(Discreteness)
Bunyi-bunyi
yang digunakan dalam bahasa mempunyai makna yang berbeda. Misalnya perbedaan
bunyi “p” dan “b” dalam proses menghasilkan sebenarnya tidak terlalau berbeda
sama-sama bilabial, tetapi ketika bunyi itu digunakan dalam satu bahasa maka
bunyi-bunyi itu menjadi bermakna sendiri-sendiri. Karakteristik ini disebut
keterpenggalan, setipa bunyi bahasa dianggap terpenggal.
6. Transmisi
Budaya (Cultural Transmission)
Secara fisik
seorang anak akan mewarisis gen orang tuanya, seorang anak pada umumnya akan
memiliki kesamaan dengan warna kulit, bentuk rambut dan warna bola mata orang
tuanya. Namun, dalam berbahasa tidak ada kaitannya dengan gen orang tua.
Sekaitan dengan hal tersebut, perlu dipaparkan bahwa ada sekian miskonsepsi
manusia terhadap bahasa.
Menurut Oka
(1974) bentuk miskonsepsi itu, antara lain:
a. Anggapan
bahwa bahasa itu diwariskan secara biologis dan genetis seperti warna rambut
dan kulit.
b. Anggapan
bahwa ada bahasa yang lebih baik ditimbang bahasa lainnya.
c. Anggapan
bahwa bahasa sama dengan pikiran dan logika.
Proses
peralihan bahasa pada manusia seperti tersebut di atas disebut transmisi
budaya (cultural transmission) atau proses peralihan bahasa dari satu
generasi kepada generasi selanjutnya.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hakekat Bahasa
Indonesia adalah kemahiran berbahasa Indonesia baik dalam berkomunikasi lisan maupun
tertulis yang mencerminkan kesadaran berbahasa sebagai bangsa Indonesia yang
telah menetapkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara.
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi
manusia untuk berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa memiliki ciri-ciri
dan sifat yang hakiki,sifat yang hakiki itu yakni bahasa itu adalah sebuah
sistem,berwujud lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, bahasa itu bermakna,
konvensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, dan sebagai alat
interaksi social dan merupakan identitas penuturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambari,
Abdullah. 1986. Intisari Tata Bahasa
Indonesia (Bandung : Djatnika).
Bloomfield,
Leonard. 1995. “LANGUANGE” ( Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama)
Chaer
,Abdul. 1994. LINGUISTIK UMUM
(Jakarta : PT. RINEKA CIPTA,)
Okke,
Kusuma. 2014. Semiotika Dalam Analisis
Karya Sastra, (Depok : PT. KOMODO BOOKS).
[1] Abdul chaer,LINGUISTIK UMUM, (Jakarta : PT.
RINEKA CIPTA, 1994), h.33.
[2] Ibid. hal 34
[3] Ibid,h.35.
[7]Kusuma Okke, Semiotika Dalam Analisis Karya Sastra (Depok : PT. KOMODO BOOKS,
2014), h. 11
[9] Ibid. hal. 13
[10]Leonard bloomfield, LANGUANGE ( Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1995). h. 41.
[11] Abdullah Ambari, Intisari Tata Bahasa Indonesia (Bandung
: Djatnika,1986), h. 34.
[12]
Riska Ulfa, “Karakterisitik Bahasa”, diakses pada tanggal 13 Maret 2015. (http://riskaulfa.blogspot.com/2013/11/karakteristik-bahasa.html)
0 komentar:
Posting Komentar